Memudarnya Supremasi Barat di Tengah Kebangkitan Asia
- Feb 4, 2021
- /
- Buku
- /
- Admin
- 2277
Judul: Memudarnya Supremasi Barat di Tengah Kebangkitan Asia
Penulis: Prof. Dr. Bambang Cipto, MA
Penerbit: Pustaka Pelajar
Tahun: 2020
Hubunganinternasional.id (HI.id): Apa yang melatarbelakangi penulisan buku ini?
Prof. Dr. Bambang Cipto, MA (B.C): Sejak krisis keuangan 2008 kita melihat Amerika semakin lemah dalam bidang ekonomi yang kemudian merembet dalam bidang politik. Sebagai superpower ternyata AS tidak mempu menangani krisis keuangan yang dinegerinya sendiri bahkan kegagalan menghentikan krisis ini dengan cepat menimbulkan krisis keuangan global yang menghantam negara-negara sekutunya di Eropa. Berbeda dengan di masa paska Perang Dunia ke-2 ketika Amerika dengan gagah menyelamatkan perekonomian Eropa yang hancur berantakan karena Perang Dunia ke-2 dengan paket bantuan senilai ratusan milyar dolar yang mampu menumbuhkan kembali perekonomian Eropa saat itu. Akan tetapi paska krisis keuangan global 2008 Amerika sama sekali tidak melakukan sesuatu yang berarti bagi sekutu-sekutunya di Eropa karena kondisi ekonomi AS yang sudah melemah. Pada saat krisis keuangan 2008 Amerika sendiri sudah terjerat hutang tidak kurang dari 10 triliun dolar.
Obama terpilih sebagai presiden dengan beban hutang terus menumpuk selama 8 tahun pemerintahannya. Oleh karena itu Obama menjauh dari Eropa dan Timur Tengah dan mendekati Asia yang semakin makmur.Saat Trump terpilih tahun 2016 hutang AS telah menumpuk hingga 19 triliun dolar. Trump kemudian menarik diri dari Trans Pacific Partnership (TPP), dari Paris Accord, dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) dan menekankan hubungan bilateral. Sementara China mengembangkan BRI yang banyak membantu negara berkembang. Beberapa negara Eropa seperti Italia, Yunani, dan Spanyol juga gabung dengan BRI. China jaga semakin berpengaruh di Timur Tengah, Rusia dan Eropa. Perubahan perimbangan kekuatan global inilah yang mendasari penulisan buku ini.
HI.id: Apa yang membuat anda beranggapan bahwa supremasi barat saat ini sedang memudar?
BC: Barat tidak lagi memainkan peran kepemimpinan global saat ini. Dalam arti muncul kekuatan lain yang mampu memainkan peran strategis. Berkurangnya peran sentral Barat sebagaimana diuraikan diatas diikuti dengan peningkatan China yang luar biasa dalam bidang ekonomi, sains dan teknologi, pendidikan tinggi, dan militer. Perubahan global ini menunjukkan bahwa Barat mulai kelelahan dalam persaingan global dalam sektor-sektor diatas sehingga China mampu berdiri persis di belakang Amerika dan siap menjadi nomer satu. Sementara itu Eropa sebagai bagian dari Barat tampak sibuk dengan urusan dalam negeri masing-masing dan tidak sempat lagi memainkan peran menentukan dalam urusan internasional. Eropa bahkan sangat tergantung pada Amerika dalam urusan militer yang mendorong hubungan ketegangan Trump dan negara-negara Eropa.
HI.id: Bagaimana anda melihat merosotnya pengaruh Amerika Serikat dalam politik internasional pada masa kepemimpinan Trump!
BC: Penarikan mundur AS dari TPP pada awal pemerintahan Trump merupakan sinyal awal bahwa dimasa Trump pengaruh Amerika akan semakin merosot. Kemudian perbedaan pendapat Trump dan NATO yang terus meruncing merupakan sinyal lain. Penarikan mundur Trump dari Paris Accord benar-benar menunjukkan betapa Trump gagal memainkan peran sebagai pemimpin global. Penarik Trump dari JCPOA atau perjanjian nuklir Iran semakin memperburuk kepemimpinan global Amerika dalam hubungan internasional.
HI.id: Di dalam buku ini anda menyebut Eropa sudah tua dan rapuh. Tolong jelaskan bagian ini!
BC: Eropa memang semakin tua dan rapuh saat ini. Saat krisis keuangan global 2008 menghantam Eropa beberapa negara Eropa terjungkal dalam krisis ekonomi serius seperti Italia, Yunani, Portugis. Jerman sebagai negara yang secara ekonomi menjadi negara yang terkuat di Kawasan tak sanggup membantu memulihkan perekonomian negara-negara anggota Uni Eropa yang mengalami kesulitan. Ternyata, justru China yang turun tangan membantu memulihkan negara-negara Eropa yang mengalami permasalahan ekonomi tersebut.
HI.id: Bagaimana anda melihat keunggulan Belt Road Initiative (BRI) yang diusung oleh China dibandingkan Marshall Plan?
BC: BRI secara umum lebih besar dananya dibanding Marshall Plan. BRI juga melibatkan kawasan yang jauh lebih luas, yakni, Asia, Afrika, Timur Tengah, dan Eropa. Secara geografis BRI jauh lebih luas dibandingkan Marshall Plan. Marshall Plan hanya meliputi negara-negara Eropa paska Perang Dunia ke-2. Jadi Marshall Plan tidak sebanding dengan BRI yang diprakarsai China. Dalam konteks ini China lebih unggul dari Amerika dalam menjalankan proyek pembangunan global.
Foto: Prof. Dr. Bambang Cipto, MA
HI.id: Penanganan Covid-19 juga seolah memberikan indikasi keunggulan Timur dibandingkan Barat. Bagaimana anda melihat perbedaan kemampuan antara Timur dan Barat dalam menghadapi pandemic Covid-19 ini?
BC: China relatif jauh lebih berhasil dalam menangani peledakan pandemi Covid-19. China hanya butuh waktu 3 bulan untuk menghentikan serbuan Covid-19. Sementara Amerika hingga kini merupakan negara dengan jumlah korban meninggal paling tinggi didunia.
HI.id: Apa yang ingin anda sampaikan pada pembaca melalui buku ini?
BC: Sejarah selalu berulang. Mereka yang terus-menerus belajar dan selalu mencari cara-cara baru dalam menangani persoalan dunia akan tampil sebagai negara paling depan dibanding negara lain. Sementara negara yang merasa paling kuat namun berhenti belajar akan mengalami kemunduran sebagai konsekuensinya. Yunani, Roma, dan peradaban lain pada akhirnya akan merosot saat keinginan belajar dan belajar tentang dan dari negara lain bekurang. Bangsa akan maju dan bertambah kuat jika terus-menerus belajar dari bangsa lain yang lebih maju dan berkembang.
HI.id: Terima kasih atas kebersediaannya menjawab wawancara dari kami. Semoga karya anda berguna di masyarakat khususnya para penstudi Hubungan Internasional.