Politik International Abad Ke-21 - Problematika, Prospek dan Metodologi
- Jan 29, 2020
- /
- Buku
- /
- Admin
- 6041
Profil Buku
Judul: Politik Internasional Abad ke-21 – Problematika, Prospek dan Metodologi
Penulis: Prof. Dr. Tulus Warsito, M.Si
Penerbit: UMY Press
Tahun: 2019
Hubunganinternasional.id (HI.id): Apa yang melatarbelakangi anda menulis buku “Politik Internasional Abad ke-21”?
Prof. Dr. Tulus Warsito, M.Si (T.W): Karena buku dengan judul serupa, baik dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia, belum ada. Padahal perkembangan kasus maupun ilmunya sudah berkembang sangat pesat.
Hi.id: Menurut pendapat anda, apa perbedaan signifikan antara politik pada abad ke-21 ini dibandingkan dengan abad sebelumnya?
T.W: Dibandingkan dengan satu abad sebelumnya, tepatnya pada dua dasawarsa pertama, ada kesamaan ancaman perang. Di abad ke 20 dua dasawarsa pertama mengalami Perang Dunia I, sedangkan di abd ke 21 memang tidak terjadi Perang Dunia ke 3 secara de jure, tetapi faktanya banyak terjadi peperangan dimana-mana.
Perbedaan yang paling signifikan diantara dua abad tersebut adalah bahwa di abad yang sekarang teknologi informasi sedemikian langsung, cepat, massive sehingga susah untuk membedakan berita bohong dengan berita yang benar-benar bohong.
HI.id: Tolong jelaskan yang anda maksud dengan paradox sistem internasional di dalam buku anda!
T.W: Dalam hal pengelompokan pelaku internasional, dalam kontak organisasi negara-bangsa, terdapat proses yang paradox. Di satu sisi beberapa negara berupaya menyatu dalam organisasi yang lebih besar seperti Uni Eropa, ataupun PBB, di lain pihak banyak masyarakat yang pengen ngumpul di negara dengan model lebih kecil, bahkan berdasarkan sentimen etnonasionalisme. Pecahnya negara Yugoslavia dan Uni Soviet dalam bentuk negara-negara kecil, dan munculnya negara-negara baru menunjukkan hal tersebut.
Image: Prof. Dr. Tulus Warsito
HI.id: Di dalam buku anda, anda membahas tentang tantangan dan redefinisi negara bangsa. Bagaimana anda melihat konsep negara bangsa pada abad ke-21 sekarang ini?
T.W: Seperti yang saya singgung di atas, terjadi polarisasi perkembangan yang paradoxal. Beberapa belahan bumi merasa dimudahkan oleh teknologi menjadi “negara-bangsa” yang besar saja, di lain pihak justru suku-suku kecil ingin merdeka, ingin eksis di tengah dinamikia politik internasional milenial.
HI.id: Bagaimana anda melihat prospek Indonesia dalam politik internasional beberapa tahun ke depan?
T.W: Indonesia, sebagai negara bangsa modern yang terdiri dari berbagai suku dengan luas wilayah terbesar keempat di dunia menghadapi tantangan fragmentasi etnonasionalisme yang naif itu, sekaligus berhadapan dengan ideologi-ideologi global semacam khilafahisme yang keduanya ingin mengubah eksistensi Indonesia. Hanya dengan kesadaran persatuan Indonesia menuju satu abad Indonesia yang diharapkan dapat menghantar Indonesia sebagai negara-bangsa yang Berjaya.
HI.id: Terima kasih atas kebersediaan anda menjawab pertanyaan kami. Semoga karya anda berguna bagi masyarakat umum maupun penstudi Hubungan Internasional lainnya.
Simak juga wawancara tim hubunganinternasional.id dengan Prof Tulus di bawah ini!