Wawancara: Indonesia Sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB di Mata Akademisi

  • Jul 8, 2018
  • /
  • Wawancara
  • /
  • Admin
  • 2681

Indonesia baru saja ditetapkan sebagai salah satu anggota tidak tetap Dewan Keamanan melalui sidang yang diadakan pada Juni 2018 di New York. Hal ini tentunya menjadi hal yang membanggakan mengingat tidak semua Negara di dunia bisa mendapatkan kepercayaan untuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Indonesia dengan statusnya saat ini tentu memiliki beberapa hak dan tanggung jawab yang harus diemban. Hal ini secara tidak langsung memberikan tantangan sekaligus keuntungan politik bagi Indonesia di level internasional. Lalu bagaimana sebaiknya Indonesia memanfaatkan posisi ini? Apa strategi yang harus dipersiapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan dan memaksimalkan momen ini agar dapat meraih kepentingan nasional Indonesia yang lebih besar lagi? Untuk itu hubunganinternasional.id meminta tanggapan dari salah satu akademisi Hubungan Internasional yang bernama Septyanto Galan Prakoso (SGP) yang sekaligus sebagai salah satu dosen pengampu mata kuliah Politik Luar Negeri Indonesia di Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk memberikan tanggapannya mengenai hal ini

hubunganinternasional.id (hi.id) : Bagaimana pendapat anda tentang terpilihnya indonesia sebagai salah satu anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB?


Septyanto Galan Prakoso (SGP) : Tentu senang dan bangga. Kita patut mengapresiasi kinerja para diplomat Indonesia di Kementerian Luar Negeri yang telah memperjuangkan hal ini.


(hi.id) : Bagaimana seharusnya indonesia memanfaatkan kondisi ini khususnya untuk kepentingan bangsa indonesia sendiri dan masyarakt internasional pada umumnya?


SGP: Saya kira dengan capaian ini, Indonesia akan memiliki posisi tawar serta citra yang lebih kuat dalam rentang waktu 2019-2020, di kancah politik internasional. Secara spesifik, saya cenderung lebih “nyaman” jika Indonesia dapat memaksimalkan posisi ini dalam memperjuangkan isu-isu kemanusiaan dan sosial internasional.


(hi.id) : Tantangan yang dihadapi indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB seperti apa?


SGP : Tentu saja tekanan dari berbagai pihak; dari negara-negara kuat yang memiliki kepentingan dalam pergulatan politik internasional, aktor-aktor internasional yang juga membawa objektif masing-masing, hingga anggota Dewan Keamanan yang lain (tetap maupun tidak tetap). Dan jangan lupakan juga tekanan dari dalam negeri. Banyak masyarakat Indonesia yang masih belum melek hubungan internasional. Ketika kita mendapatkan pencapaian, terpilih sebagai anggota Dewan Keamanan tidak tetap, masih banyak kelompok masyarakat yang tetap apatis bahkan bereaksi negatif terhadap hal tersebut dengan membandingkannya dengan kondisi kesejahteraan dalam negeri; yang notabene jelas tidak ada sangkut pautnya secara langsung.


(hi.id) : Status indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keaman PBB sedikit banyaknya membawa angin segar bagi masyarakat Indonesia khususnya dalam hal menjembatani proses penyelesaian konflik Israel-Palestina. Bagaimana anda melihat hal ini?


SGP : Saya masih skeptis. Seperti yang sempat disinggung diatas, kurangnya informasi akan posisi dan manfaat terpilihnya Indonesia sebagai anggota Dewan Keamanan tidak tetap PBB kepada rakyat Indonesia sendiri justru dapat menimbulkan tekanan-tekanan yang tidak perlu terhadap pemerintah dari kelompok-kelompok tertentu. Padahal penyelesaian konflik Israel-Palestina jelas tidak mudah, dan tidak mungkin selesai dalam waktu 2 tahun, kan? Hal yang paling baik yang bias dilakukan Indonesia dalam jangka waktu 2 tahun kedepan terkait konflik tersebut adalah ikut berpartisipasi membangun ground framework bagi proses resolusi konlflik Israel-Palestina itu sendiri. Selama masih ada pihak yang masih menolak untuk duduk di satu meja, konflik tidak akan pernah selesai.


(hi.id) : Bagaimana sebaiknya arah politik luar negeri Indonesia dengan status Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB yang akan berlangsung hingga 2020?


SGP : Meskipun terkesan tidak tegas, Indonesia dapat mengambil contoh dari politik luar negeri Thailand selama ini, yakni Bend Like Bamboo with the Wind; dalam hal ini, meskipun terkesan dapat terombang ambing oleh angin kesana kemari, bamboo itu sendiri tidak patah dan tetap kokoh. Artinya, meskipun situasi politik internasional menimbulkan sway yang luar biasa terhadap arah politik luar negeri, Indonesia berhak menyikapi secara terbuka dan moderat, akan tetapi tetap berpegang teguh kepada prinsip-prinsip politik luar negeri yang telah dilaksanakan sekian lama.

image: https://www.quora.com/Who-created-the-United-Nations-logo

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama Indonesia kembali mendapatkan kepercayaan dari dunia Internasional untuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB untuk yang ketiga kalinya yaitu untuk masa jabatan 2019-2020. Sebelumnya Indonesia sudah tiga kali mendapatkan kepercayaan untuk mengisi posisi ini yaitu pada tahun 1973-1974, 1995-1996, dan yang terakhir pada 2007-2008 http://www.un.org/en/sc/members/elected.asp


About The Author

Comments