Indonesia Inc. Peta Jalan Menuju Poros Maritim Dunia

  • Mar 16, 2019
  • /
  • Buku
  • /
  • Admin
  • 3538

Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia! Mungkin anda sekalian sudah familiar dengan jargon ini. Jargon ini diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai bagian dari agenda politik luar negeri Indonesia dengan memaksimalkan potensi maritim yang dimiliki oleh Indonesia. Tetapi bagaimana cara untuk merealisasikan indonesia sebagai Poros Maritim Dunia? Hal ini tentu membutuhkan sebuah peta yang akan menuntun perjalanan panjang Indonesia dalam mewujudkan mimpi sebagai Poros Maritim Dunia.

Untuk itu sebuah buku yang berjudul “Indonesia Inc. Peta Jalan Menuju Poros Maritim Dunia” hadir untuk memberikan gambaran peta yang dibutuhkan Indonesia dalam mewujudkan mimpi menjadi Poros Maritim Dunia. Buku ini merupakan karangan tiga penulis yang terdiri dari: Pertama, Laksamana Muda (Purn) Untung Suropati. Kedua, Dr. Ian Montratama, beliau merupakan HI-sir yang saat ini aktif mengajar di Universitas Pertamina. Dan yang ketiga, Yohanes Sulaiman, Ph.D. Beliau merupakan HI-sir yang saat ini aktif mengajar di Universitas Jendral Achmad Yani. Hubunganinternasional.id mencoba menghubungi salah satu dari tim penulis terkait karya yang telah mereka publish ini dengan harapan mendapatkan peta yang dimaksud untuk menuju Poros Maritim Dunia. Mari simak wawancaranya berikut ini!


HubunganInternasional.id (hi.id): Apa latar belakang hadirnya buku berjudul “Indonesia Inc. Peta Jalan Menuju Poros Maritim Dunia?”

Yohannes Sulaiman, Ph.D. (Y.S): Ini adalah sebuah kontribusi dari kami bertiga untuk membantu dalam pembuatan strategi kebijakan luar negeri yang lebih menyeluruh, tidak hanya strategi yang bersifat ad-hoc saja, atau hanya satu aspek saja, melainkan bagaimana kita mencoba membuat sebuah pendekatan strategi luar negeri yang holistik, yang tidak hanya di satu bidang saja, melainkan di berbagai bidang sekaligus, terutama politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan nasional. Kami bertiga mendukung dan menyetujui konsep awal Pak Jokowi, yakni perlunya Indonesia memikirkan ulang kepentingan nasionalnya, dan melalui Poros Maritim Dunia. Namun pertanyaannya adalah bagaimana caranya? Dan ini adalah sumbangan kamis secara intelektual untuk mendukung konsep Poros Maritim Dunia tersebut.

Image:https://lh3.googleusercontent.com/ObiQ93xseMy3KelNTNJXBRR_wavHYYEGSbo3eiD5HK4AxPA9FJSkeQH0ZZdNFBoO07x8hv7yofWWYkxCxBn28jwrP0yYFacrZAdxnSZiv6fM4T7C_I-kB0ut652fujwO-5B8lxe64no=h800-no

(hi.id): Menurut pendapat anda, mengapa Agenda Poros Maritim Dunia (PMD) ini dipilih sebagai agenda Politik Luar Negeri Indonesia saat ini?

(Y.S): Jawaban idealnya adalah karena konsep Poros Maritim Dunia sebetulnya menjawab masalah besar dari kebijakan negara kita saat ini: yakni jarang memprioritaskan laut kita sebagai aset strategis baik untuk pembangunan bangsa, diplomasi, maupun untuk pembuatan konsep strategis. Jadi memang sudah saatnya bahwa kita kembali memprioritaskan laut sebagai fondasi kebijakan-kebijakan kita.

(hi.id): Apa hal mendasar yang dibutuhkan Indonesia untuk maju sebagai Poros Maritim Dunia?

(Y.S): Paling utama adalah komitmen: walaupun seperti saya jawab sebelumnya, yakni idealnya PMD digunakan untuk menjawab masalah bangsa kita, pada kenyataannya, pelaksanaan PMD sendiri belum banyak terjadi. Program-program PMD pemerintah masih lebih berupa kejanjutan dari proram-program lama, Cuma kali ini memakai jargon “maritim dunia.” Tidak ada pemikiran baru, yang mendobrak status quo. Dan saya lebih percaya ini disebabkan tak adanya political will untuk melakukan hal tersebut, karena perubahan strategi seperti ini cukup mahal secara politis.

Image: Yohanes Sulaiman, Ph.D. Penulis Buku "Indonesia Inc. Peta Jalan Menuju Poros Maritim Dunia"

(hi.id): Strategi seperti apa yang dibutuhkan Indonesia untuk merealisasikan Poros Maritim Dunia?

(Y.S): Strategi? Sebelum kita masuk ke strategi, pertama-tama yang kita butuhkan terlebih dahulu adalah apakah ada political commitment dahulu untuk mendorong konsep Poros Maritim Dunia. Tanpa adanya political commitment, kita tak perlu mendiskusikan strategi.


Jika sudah memiliki komitmen secara politik, maka pertama-tama perlu adanya penyusunan grand strategy yang berdasarkan PMD ini, yakni bagaimana kebijakan seluruh birokrasi Indonesia diorientasikan ke aspek maritim, yang kemudian menjadi kebijakan maritim. Jadi ini bukan Cuma rebranding atau ganti nama saja, tapi juga bagaimana birokrasi kita benar-benar memfokuskan kebijakan mereka terhadap pembuatan kebijakan yang betul-betul mengenai maritim.

(hi.id): Pada salah satu bagian di dalam buku ini anda menjelaskan tentang peran penting ekonomi dan militer untuk mendukung agenda Poros Maritim Dunia. Bisa anda jelaskan sedikit kepada pembaca? Mana yang anda yakini lebih berpengaruh?

(Y.S): Keduanya sama berpengaruh. Perekonomian kuat membuat Indonesia memiliki potensi ekonomi yang digunakan untuk mendorong kebijakan luar negerinya, sama seperti yang dilakukan Singapura saat ini – bagaimana kebijakan negara yang ukurannya kecil seperti itu bisa sangat berpengaruh di Asia Tenggara dan bahkan dunia. Sementara, militer yang kuat pada dasarnya memberikan taring dan kredibilitas untuk kebijakan luar negeri kita, yakni Indonesia diperhitungkan karena kita memang sebuah negara kuat yang berpengaruh secara militer.

(hi.id): Beberapa negara lain seperti Jepang dan China juga memiliki sejarah panjang terkait maritime. Apa pelajaran yang dapat diambil Indonesia dari dua negara ini?

(Y.S): Kita mendiskusikan secara sekilas di buku kita bagaimana kita bisa belajar dari kebijakan pembangunan ekonomi kedua negara Jepang dan China. Kita sayangnya kurang membahas aspek maritim kebijakan mereka. Namun kalau boleh saya tambahkan, yang diperlukan adalah komitmen: China dulu mengirimkan armada raksasa Zheng Ho pada jaman dinasti Ming yang sempat sampai ke Afrika Timur. Namun ekspedisi Zheng Ho berakhir karena banyaknya tekanan dari dalam negeri China sendiri, terutama dari kalangan birokrat yang tidak mengerti apa fungsinya armada seperti itu – dan pandangan tersebut dapat dimengerti karena China pada dasarnya adalah kekuatan kontinental, walau dampaknya cukup signifikan kepada sejarah dunia, yakni yang menjadi penguasa lautan dunia adalah orang-orang Eropa. Namun kita bisa bertanya-tanya, bagaimana kalau waktu itu China terus mendorong ekspedisi-ekspedisi laut tersebut. Mungkin sekarang ini seluruh dunia berbahasa China, bukan Inggris.


Untuk Jepang, pelajaran yang sama pun bisa kita tarik. Waktu kita bilang “Reformasi Meiji,” kita biasanya berpikir bahwa waktu itu Kaisar hanya bertitah, lalu semua setuju. Tidak juga. Waktu itu terjadi perang saudara di Jepang, antara yang mendukung Kaisar melawan yang mendukung status quo waktu itu. Namun setelah pendukung Kaisar Meiji menang, mereka pun memiliki komitmen untuk belajar dari negara-negara Barat, dan memodernisasi, merombak tatanan feudal yang ada, dan belajar ilmu-ilmu perang Eropa. Akhirnya, mereka pun bisa mengalahkan China, dan kemudian bahkan Russia.

Image: Bedah buku "Indonesia Inc. Peta Jalan Menuju Poros Maritim Dunia" di Universita Pertamina 16 Maret 2019. Foto dikirim oleh: Indra Kusumawardhana

(hi.id): Agenda China One Belt One Road (OBOR) juga bersinggungan dengan Poros Maritim Dunia milik Indonesia. Bagaimana anda melihat persinggungan antara dua agenda maritime dari dua negara yang berbeda ini?

(Y.S): Sementara ini, kedua agenda maritim tersebut masih bisa selaras dan saling menguntungkan. Jika masih bisa selaras dan saling menguntungkan, bukan ide jelek juga bagi Indonesia untuk memanfaatkan OBOR.

(hi.id): Terlepas dari hasil pemilihan umum presiden pada bulan April nanti, menurut pendapat anda apakah agenda Poros Maritim Dunia masih akan bertahan/dilanjutkan?

(Y.S): Saya terus terang ragu, karena Pemerintah Jokowi sayangnya kurang commit kepada agenda PMD, sedangkan kubu Prabowo tak merasa memiliki ide ini, sehingga mereka tidak akan melanjutkannya.

(hi.id): Apakah anda dan tim berkenan jika dihubungi lebih lanjut oleh pembaca yang tertarik untuk berdiskusi tentang buku ini melalui email?

(Y.S): Silahkan. Saya bisa dihubungi melalui ysulaiman@gmail.com

Image: Panitia bedah buku "Indonesia Inc. Peta Jalan Menuju Poros Maritim Dunia" di Universita Pertamina 16 Maret 2019. Foto dikirim oleh: Indra Kusumawardhana

(hi.id): Terima kasih atas kebersediaan anda menjawab pertanyaan kami. Semoga karya anda bermanfaat bagi masyarakat bagi masyarakat umum maupun para penstudi Hubungan Internasional. Selain itu, hubunganinternasional.id juga mengucapkan selamat atas kelancaran acara bedah buku Indonesia Inc. Peta Jalan Menuju Poros Maritim Dunia” yang diadakan di Universitas Pertamina. Hubunganinternasional.id mempersilakan bagi para pembaca yang berminat untuk memiliki buku “Indonesia Inc. Peta Jalan Menuju Poros Maritim Dunia” bisa klik di sini.

Pada sesi resensi Jendela Buku Hubungan Internasional Indonesia, tim hubunganinternasional.id kali ini mengundang HI-sir yang bernama Lukman Fahmi Djarwono untuk memberikan resensi terhadap buku “Indonesia Inc. Peta Jalan Menuju Poros Maritim Dunia”. Beliau merupakan salah satu dosen aktif yang mengajar di Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Berikut hasil resensinya!

RESENSI ISI BUKU
“INDONESIA INC. Peta Jalan Menuju Poros Maritim Dunia”


Pemberi Resensi: Lukman Fahmi Djarwono
Editor: Randhi Satria


Penulis mengawalinya dengan memperkenalkan secara singkat dan menyamakan definisi “Poros”, dengan berusaha membawa pembaca untuk mulai bersama-sama menyelami visi Indonesia pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Penulis menganggap bahwa visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia adalah menjadi simbolisasi romantika kejayaan maritim Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, serta buah responsif dinamika perkembangan lingkungan strategis dunia. Sebagai visi geopolitik dan manifestasi tujuan nasional, Poros Maritim Dunia bukanlah sesuatu yang baru. Seperti halnya India (1991), Amerika Serikat (era Presiden Obama), China (2017), dan Amerika Serikat (era Presiden Trump), konsep ini diyakini penulis memiliki kesamaan dalam melihat atau mawas ke luar (outward looking).

Penulis menawarkan alternatif solusi geostrategi yakni “Indonesia Inc.” dengan belajar dari beberapa negara di Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan, China, dan Taiwan. Keempat negara ini dianggap sebagai negara industri maju dan global trading power house yang memiliki posisi unik, berada dalam satu sub-wilayah yang saling mengancam dan terancam, namun mereka mampu berperan signifikan dalam pereknomian global. Elemen visi nasional, tujuan nasional, serta strategi nasional dijadikan sebagai elemen dasar yang harus ditetapkan kembali sebagai acuan program pembangunan nasional Indonesia untuk menjalankan konsepsi Indonesia Inc. tersebut.

Image: Lukman Fahmi Djarwono, Pemberi Resensi

Menurut saya kekuatan buku ini adalah kita diperkenalkan pada konsepsi nation incorporated a la Indonesia yang dapat digunakan sebagai geostrategi dalam mewujudkan visi Poros Maritim Dunia. Terinspirasi dari beberapa negara Asia Timur yang sudah menerapkan konsep ini, selanjutnya penulis memaparkan roadmap mulai dari penetapan kembali visi, tujuan, dan strategi nasional; bagaimana kita harus mengoptimalkan cara pandang dalam lingkup nasional, regional, dan global melalui wawasan nusantara; penyusunan kepentingan nasional oleh kepemimpinan yang visioner; hingga geostrategi Indonesia.

Meskipun konsep nation incorporated ini tidak sepenuhnya baru, tapi setidaknya buku ini dapat menawarkan pilihan solusi konsep geostrategi untuk Indonesia. Potensi dan posisi strategis kelautan Indonesia yang belum dapat dioptimalkan selama ini, dapat menjadi keunggulan tersendiri yang tidak dimiliki negara lain.

Bagi saya, buku ini pun tak luput dari celah, ada beberapa kekurangan dalam buku ini seperti saat mengawali pembahasan, pembaca ‘dipaksa’ mengiyakan bahwa menjadi Poros Maritim Dunia adalah konsep terbaik bagi Indonesia di era Jokowi dalam menghadapi dinamika perkembangan geopolitik dunia. Belum adanya pembanding kritis bagi konsep Poros Maritim Dunia menjadikan pembaca dibuat terlena dalam suguhan roadmap yang disajikan.

Kekurangan buku ini selanjutnya yakni kala penulis menyatakan bahwa dalam strategi pembangunan hardpower, Indonesia seharusnya menjalin kerjasama internasional di bidang pertahanan untuk membangun confidence building measures, khususnya kerjasama dengan negara-negara Asia Tenggara, sub-kawasan Oseania, serta Amerika Serikat dan China tentunya. Penulis menganggap dua negara terakhir tadi merupakan aktor vital dalam kemajuan teknologi pertahanan. Menilik pertimbangan faktor posisi dan peran strategis Indonesia sebelumnya yang pada akhirnya menjadikan diri Indonesia sebagai Poros Martim Dunia, seharusnya Indonesia sudah mulai berani untuk melihat (mawas ke luar) secara lebih luas lagi diluar dua negara tersebut.

Akhir kata, saya tetap meyakini bahwa buku ini memang perlu untuk dibaca oleh siapapun, baik dari kalangan akademisi ilmu sosial maupun ilmu eksak, birokrat, maupun masyarakat umum. Visi Poros Maritim Dunia tidak akan pernah terlaksana jika kita tidak segera memulainya, kita tidak akan dapat memulainya jika kita tidak mengenal apa itu Poros Maritim Dunia.

Surakarta,
16 Maret 2019


Peresensi
Lukman Fahmi Djarwono
(Dosen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta)


About The Author

Comments